Bintang Jatuh di Ujung Tenggara Copyright © CV Lintang Semesta Publisher, 2023
Penulis: Rasman
Penyunting: Rika Esti Pradipta K. Penata Letak: Nina Marlina
Desain Sampul: Kinarsih Suhartinah Proofreader Penyunting: Lina Duamei Catizen Proofreader Penata Letak: Sitti Nuraini
Diterbitkan oleh:
CV Lintang Semesta Publisher
Dusun Dungun Kidul, RT/RW 008/004, Desa Dungun, Kec.
Tongas, Kab. Probolinggo, Jawa Timur, 67252 E-mail: lintangsemestapublisher@gmail.com Facebook: Lintang Semesta Publisher Instagram: lintang_semesta_publisher WhatsApp: 0852-0201-3405/0852-6295-9001
Website: http://lintangsemesta.com
Bintang Jatuh di Ujung Tenggara / Rasman
CV Lintang Semesta Publisher, 2023
x + 147 hal. 14 x 20 cm
ISBN:
Cetakan 1, 2023
1. Rasman
2. CV Lintang Semesta Publisher, 2023
Dilarang memperbanyak dan mengedarkan buku tanpa izin dari penerbit maupun penulis.
Sinopsis
Jeylani lahir dari keluarga nelayan sederhana di salah satu gugusan pulau yang ada di perairan Wakatobi. Dia menjalani masa remajanya dengan kegemaran menulis semua kisah unik di sepanjang perjalanan hidupnya. Semua kisah itu dia tuangkan dalam buku hariannya yang berukuran panjang dan tebal. Kegemarannya dalam hal menulis ditopang dari aktivitasnya sebagai mahasiswa organisatoris yang dituntut untuk banyak menghabiskan bacaan demi menambah beragam referensi untuk disampaikan kepada generasi selanjutnya. Di sisi lain, Jeylani juga menyimpan mimpi besar menjadi seorang penulis ke depannya.
Pada sebuah perjalanannya ketika itu, Jeylani tanpa disadarinya berhasil mencuri perhatian dan cinta seorang gadis bercadar bernama Intan Purnama Sari. Walau pada dasarnya Jeylani sendiri lebih terpikat pada seorang adik seangkatannya di organisasi yang digelutinya, bernama Maryam Puji Lestari. Di sisi lain, Maryam juga memiliki perasaan yang sama, terpikat dalam diam pada sosok Jeylani yang ditemuinya. Kisah cinta mereka pun berjalan penuh damai dengan banyak rangkaian pengalaman menarik yang diraih bersama. Sayangnya, kisah indah mereka tidak bertahan lama setelah Maryam harus terenggut nyawanya dalam satu gerakan unjuk rasa yang dipimpin oleh Jeylani sendiri.
Terpukul, kecewa, hancur, dan rasa tidak terima sudah pasti menimpa keadaan Jeylani ketika itu. Dia terpuruk dan larut dalam kehidupan yang kelam, meninggalkan posisi pimpinan gerakannya, meninggalkan agenda menulisnya dan aktivitas
lainnya. Orang-orang terdekat Jeylani hanya menunggu datangnya keajaiban termasuk Intan yang saat itu berpotensi menggantikan posisi Maryam di sisi Jeylani. Keajaiban (Fa inna ma’al usri yusra) yang ditunggu itu pun akhirnya tiba di saat semua orang sudah berputus asa dalam berharap. Kini, kisah baru nan menarik selanjutnya terangkai kembali pada Jeylani, Intan, dan beberapa sahabatnya saat itu juga.
0 Komentar