Semut Kecil yang Sunyi


 

Semut Kecil yang Sunyi

Copyright © CV Lintang Semesta Publisher, 2024

Penulis: Irfan Coly Penyunting: Lina Duamei Catizen

Penata Letak: Nina Marlina Desain Sampul: Sumartini

Proofreader Penyunting: Lina Duamei Catizen Proofreader Penata Letak: Sitti Nuraini

Diterbitkan oleh:

CV Lintang Semesta Publisher

Dusun Dungun Kidul, RT/RW 008/004, Desa Dungun, Kec.

Tongas, Kab. Probolinggo, Jawa Timur, 67252 E-mail: lintangsemestapublisher@gmail.com Facebook: Lintang Semesta Publisher Instagram: lintang_semesta_publisher WhatsApp: 0852-0201-3405/0852-6295-9001

Website: http://lintangsemesta.com

Semut Kecil yang Sunyi / Irfan Coly

CV Lintang Semesta Publisher, 2024

xxii + 247 hal. 14 x 20 cm

QR: 869-2012-LSP

Cetakan 1, 2024

1. Irfan Coly

2. CV Lintang Semesta Publisher, 2024

Dilarang memperbanyak dan mengedarkan buku tanpa izin dari penerbit maupun penulis.


SINOPSIS

Kehidupan saat ini terlihat begitu istimewa dan indah walau wajah rumahnya terlihat akan kesengsaraan setelah embun pagi mencekik di tengah cinta. Tentu saja rasa dan kebahagiaan datang di atas kanvas, itulah sejatinya akan cinta, tanpa mengenal lelah. Dan dengan sibuk ia telah menanggalkan anak istri demi hanya sebutir nasi dan kepala ikan.

Jika kini ia melangkah, kepedihan selalu terbakar setiap kali ia mengayuh dari bagun tidurnya, meski dahaga perahu tanpa melihat gelap malam buta di hujung tepian rumahnya. Seperti nelayan ulung ketika berlayar tanpa membawa keruh maka sudah pasti huluan perahu terus-menerus menembus sauh hingga ikan berenang di lipatan perahunya.

Malam yang indah, senda tawa telah mengayuh lebih jauh, dengan cinta anak istrinya; ia pulang membawa ikan yang kini masih menggigil, nyaris anak istri sedang dibasuh pilu namun kini bayangan haru telah masuk ke sungai dan mata indah nun jauh di sana. Keheningan malam membangunkan syair cinta, layaknya malam merengkuh seperti berlaku dingin mengawinkan.

Sebagai ayah tentu saja membuat anak istri; agar lebih dekat lagi seperti sedia kala. Sejak anak istrinya telah sekian lama menunggu kehadiran pulang rumah, sudah pasti rumah

sekembali pecah menggebu. Dalam mata ayah setelah dekapan hujung perahu menyentuh sum-sum dan di kerlip bintang, sekejap samudera yang keruh tadi telah bening bagaikan gaun bulan bermadu ketika dingin jatuh di sepertiga malam. Ayah, istri dan anaknya! Membelah dada ikan hingga di langit gelap menyelimuti secuil salam. Tuhan di meja renta yang sedang mengombak yang telah lesu serta mengombang di samudera luas.

Ketika matahari melepas jingga, semangat ayah kini tampak merekah berbunga-bunga walaupun keringatnya sedang kering akan tetapi anak istri di rumah selalu pasang seperti samudera ada sepoi menyapu ombak di tepiannya. Sebagai petarungnya, ia pulang membikin pasir tertawa dengan mengayuh, dan terus mengayuh.


0 Komentar