Arsha

 

ARSHA

Copyright © CV Lintang Semesta Publisher, 2024

Penulis: Anis Muzdhalifah

Penyunting: Rika Esti Pradipta K.

Penata letak: Nurma F. Fadhilah

Desain Sampul: Satrio Wibowo

Proofreader Penyunting: Lina Duamei Catizen

Proofreader Penata Letak: Sitti Nuraini

Diterbitkan oleh:

CV Lintang Semesta Publisher

Dusun Dungun Kidul, RT/RW 008/004, Desa Dungun, Kec.

Tongas, Kab. Probolinggo, Jawa Timur, 67252

E-mail: lintangsemestapublisher@gmail.com

Facebook: Lintang Semesta Publisher

Instagram: lintang_semesta_publisher

WhatsApp: 0895-3631-70020

Website: http://lintangsemesta.com

Hak cipta dilindungi undang-undang

All Rights Reserve

ARSHA/ Anis Muzdhalifah

CV Lintang Semesta Publisher, 2024

x + 425 hal. 14 x 20 cm

QR: 953-0524-LSP

Cetakan 1, 2024

1. Anis Muzdhalifah

2. CV Lintang Semesta Publisher, 2024

Dilarang memperbanyak dan mengedarkan buku tanpa izin dari penerbit maupun penulis


SINOPSIS


Tidak ada manusia di dunia ini yang mau hidup sebatang kara. Namun, itulah yang dialami seorang gadis cantik bernama Elshanum Almayra. Kedua orang tuanya meninggal ketika usianya masih belasan tahun. Tepat di hari kepergian sang ibunda, abangnya pun menghilang entah ke mana, meninggalkan dirinya dalam kesendirian sedang ia masih dalam suasana berduka.

Bertahun-tahun ia lewati meski dengan tangisan. Bekerja paruh baya demi menyambung hidup. Pundak lemah itu harus ia paksa untuk menjadi kuat karena tak ada yang mampu diandalkan selain diri sendiri. Hingga suatu ketika, Shanum bertemu dengan pria dingin berstatus duda yang usianya terpaut sepuluh tahun darinya.

“Kamu lagi?” geram Abidzar dengan nada kesal, lantaran kemejanya basah akibat ulah Shanum.

Gadis itu menatap pria di hadapannya takut-takut. “ Maaf, Kak, Shanum nggak sengaja.”

Ia kembali menundukkan wajah. Dari raut wajah Abidzar, pria itu susah untuk ditebak. Apa Abidzar marah? Wanita itu sudah bersiap memasang telinga, jika Abidzar mengomelinya lagi nanti.

Pria itu melenggang tanpa berucap apa pun. Shanum mengerutkan dahi hingga membentuk tiga gelombang. “Dih, main pergi-pergi aja. Minimal jawab dulu kek, permintaan maaf Shanum.”

“Cuek amat dah jadi orang. Kasihan banget yang jadi istrinya nanti, pasti tertekan. Berasa hidup sama tembok. Amit-amit punya laki modelan gitu. Hm, semoga aja siapa pun yang jadi istrinya nanti, dikasih sabar banyak-banyak,” gerutu Shanum.

Gadis muda sepolos Shanum harus berkelahi dengan pria dingin macam Abidzar?

Akankah pertemuan mereka berlanjut? Atau bahkan akan tumbuh perasaan di hati keduanya?


0 Komentar